Minggu, 11 November 2012

TBM DIRENDAHKAN SEJAK AWAL

Anak-anak meminjam koleksi di TBM Al- Iqra
Taman Bacaan Masyarakat yang selanjutnya disebut TBM merupakan sarana peningkatan budaya membaca masyarakat dengan ruang yang disediakan untuk membaca, diskusi, bedah buku, menulis, dan kegiatan sejenis yang dilengkapi dengan bahan bacaan, berupa: buku, majalah, tabloid, koran, komik, dan bahan multi media lain serta pengelola yang berperan sebagai motivator. * Program Taman Bacaan Masyarakat Penguatan Minat Baca, Direktorat Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional 2010

Ditinjau dari berbagai sisi, walau agak berbeda dalam perumusan difinisinya, sebenarnya TBM itu sama saja dengan perpustakaan, khususnya perpustakaan umum. Perlu diketahui, bahwa perpustakaan itu merupakan disiplin ilmu tersendiri. Dengan demikian segala sesuatu yang senada dengannya tentulah mengikuti atau berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku pada perpustakaan. Kaidah-kaidah di sini misalnya pada sistem dan teknik pengelolaan koleksi/bahan pustaka/bahan bacaan, sistem dan teknik manajemen operasional, dan hal-hal lain yang berkaitan.

Perpustakaan dibedakan menjadi dua [2], yaitu perpustakaan umum dan perpustakaan khusus. Perbedaan itu pada dasarnya di dasarkan atas pihak penyelengga dan sasaran penggunanya. Pihak penyelenggara misalnya pemerintah, masyarakat, instansi pemerintah dan instansi tertentu. Pemerintah [misalnya pemerintah kabupaten] menyelenggarakan perpustakaan yang diperuntukan seluruh masyarakat, tanpa membedakan jenis dan status masyarakat, maka perpustakaan yang diselenggarakan disebut 'Perpustakaan Umum.'

Bila Dinas Kesehatan, Dinas pertanian, Perguruan Tinggi, Dinas Pendidikan, lembaga sekolah, dan lainnya yang menyelenggarakan perpustakaan, namun sasarannya khusus di lingkungan masing-masing, maka perpustakaan yang diselenggarakan disebut 'Perpustakaan Khusus.' Koleksi/bahan pustaka/bahan bacaan yang tersedia pada perpustakaan khusus tentulah secara khusus disesuaikan dengan kebutuhan atau tujuan yang hendak dicapai.

Lalu bagaimana dengan TBM? Istilah TBM lahir di kalangan pendidikan Nonformal. Jadi sebutan itu sekedar untuk membedakannya dengan sebutan perpustakaan. Dengan demikian, pada prinsifnya tidak ada perbedaan antara TBM dengan perpustakaan. Sedangkan posisi TBM lebih tepat sebagai perpustakaan umum. Mengapa? Karena dari nama TBM dan sasaran penggunanya adalah untuk masyarakat umum. Tidak khusus untuk PAUD, tidak khusus untuk warga Kesetaraan dan tidak pula khusus untuk warga Keaksaraan.

Berkait dengan tujuan yang hendak dicapai oleh TBM, yaitu guna mewujudkan masyarakat berpengetahuan, berketrampilan, berbudaya maju, mandiri, dan beradab * [Program Taman Bacaan Masyarakat Penguatan Minat Baca, Direktorat Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional 2010]  maka  dalam penyelenggaraan suatu TBM [perpustakaan], dari sisi konsep keilmuan [teori] tentulah perlu memenuhi syarat standar yang telah ditentukan.

Namun demikian di lapangan sering muncul adanya saran kebijakan yang kontradiktif yang tanpa dipahami sebenarnya telah memposisikan TBM pada tempat yang kurang terhormat. Di sini pihak tertentu sering menyarankan dengan kalimat  yang sebenarnya merendahkan eksistensi TBM atau perpustakaan. Contoh dari kalimat yang bernada merendahkan TBM/perpustakaan dimaksud diantaranya:
1. TBM/perpustakaan cukup di letakkan di sudut-sudut ruang/kelas;
2. Bahan bacaan/koleksi/buku cukup dengan yang bekas-bekas;
3. TBM tidak perlu dikelola secara ruwet, yang penting ada, dan kalimat-kalimat lain yang sejenis.

Dengan saran kebijakan dan terlebih dengan adanya dana bantuan hibah atau blockgrant, maka TBM atau perpustakaan pun memang tumbuh menjamur. Untuk beberapa saat lamanya, yaitu setelah diresmikan, TBM/perpustakaan dikunjungi oleh sebagian warga masyarakat yang nampaknya memiliki minat baca yang cukup tinggi, namun, setelah itu, banyak bukti di lapangan menunjukkan banyak TBM yang tinggal nama dan tutup, tak langgeng. @ hendra D-Al-Iqra



TARGET CAPAIAN TBM AL-IQRA


Selasa, 25 September 2012

KLASIFIKASI DDC

Masih disepelekan.
Taman Bacaan Masyarakat [TBM] dari sisi konsep pada hakikatnya sama dengan perpustakaan, tepatnya sama seperti perpustakaan umum.  Sama-sama mengelola bahan pustaka atau sumber informasi bagi masyarakat yang majemuk atau hiterogen dari sisi pendidikan dan kebutuhannya.

Pemahaman ini penting artinya, agar tujuan yang hendak dicapai oleh TBM tepatguna dan berdayaguna. Dengan pemahaman ini pula akan memudahkan penyelenggara untuk mendisain, menyelenggarakan pengelolaan, dan menyediakan layanan  bagi warga masyarakat.

Gampangnya: Bahan pustaka atau koleksi di TBM itu harus sesuai dan memenuhi kebutuhan masyarakat dengan berbagai lapisan sosialnya. Bila kebutuhan bahan pustaka/koleksi dirinci dari sisi usia warga masyarakat akan tersusun demikian:
1. harus ada koleksi untuk anak-anak [ TK-SD];
2. harus ada koleksi untuk remaja [SMP-SMU];
3. harus ada koleksi untuk dewasa dan orang tua

Sedangkan dari sisi "ISI BAHAN PUSTAKA/KOLEKSI" semestinya dikelola berdasarkan ketentuan pembagian ilmu pengetahuan menurut Dewey Decimal Clasification [DDC] yang berlaku internasional. Gampangnya: DDC membagi ilmu pengetahuan menjadi 10 Kelas Utama yang berupa angka atau nomor, yaitu:
000  Karya Umum
100  Filsafat & Psikologi
200  Agama
300  Ilmu-ilmu Sosial
400  Bahasa
500  Ilmu-ilmu Murni
600  Ilmu-ilmu teknologi/Terapan
700  Seni, Rekreasi, & Olahraga
800  Kesusasteraan
900  Geografi & Sejarah

Sebenarnya Kelas Utama itu masih dirinci menjadi lebih khusus yaitu menjadi DIVISI dan SEKSI, namun untuk TBM yang memiliki bahan pustaka antara 500 - 1.000 judul [bukan banyaknya koleksi] cukup dikelola dengan Kelas Utama dimaksud.

Masing-masing angka-angka Kelas Utama tersebut bisa di disain/dituliskan pada lembar kertas gambar ukuran 25-30 cm x 5-6 cm yang didasari gabus/spon/kardus dan kemudian ditempelkan pada rak koleksi bagian atas.

Namun sebelum itu perlu dipahami pula soal penataan koleksi di rak. Koleksi atau bahan pustaka disusun di rak berdasarkan DDC tersebut, yaitu dimulai dari Kelas Utama 000 Karya Umum yang disusun di sap-rak bagian bawah dari kiri ke kanan hingga habis. Menyusul ke sap-rak berikutnya yaitu menyusun koleksi Kelas Utama 100 Filsafat & Psikologi, demikian seterusnya hingga koleksi Kelas 900 habis.

Semoga info ini bermanfaat. Bila ingin mendapatkan kejelasan lebih lanjut HUBUNGI TBM AL IQRA via email  tbmaliqra@gmail.com    atau   tbmaliqra@yahoo.co.id